Minggu, 30 Oktober 2011

Inkontinensia: Pengertian, Jenis, Dan Antisipasi

Inkontinensia pada pria karena pembesaran prostat jinak dan overactive bladder.

Bayi mengompol, itu biasa. Namun, ketika orang dewasa mengompol, ini yang memerlukan perhatian lebih. Mengompol atau keluarnya urine yang tidak kita kehendaki ini, biasa disebut dengan inkontinensia. Menurut dr Arry Rodjani SpU, definisi inkontinensia ini adalah keluarnya urine tanpa bisa dikendalikan. “Ini bisa merupakan gejala dari penyakit,” ujarnya pada saat media edukasi Asri Urology Center di Hotel Akmani, Jakarta.

Orang dewasa atau yang berusia lanjut tidak mampu mengontrol keinginan buang air kecil sehingga urine dapat ke luar secara tidak sengaja. Keadaan ini dapat diibaratkan seperti anak balita yang biasa pipis di mana saja dan kapan saja. Sebab, mereka belum mempunyai kemampuan untuk mengontrol aktivitas kantung kemihnya.

Namun sayang, para penderita inkontinensia ini sering menganggap gangguan ini tak begitu penting. Padahal, banyaknya urine yang keluar dan tak bisa kita kendalikan ini akan membuat kulit kemerahan dan lecet akibat iritasi kulit. Banyaknya air seni yang keluar juga membuat si penderita berbau pesing. Akhirnya, ia terisolasi dari lingkungannya.

Jenis inkontinensia

Walaupun tidak mengancam jiwa secara langsung, gangguan berkemih ini bisa memberikan beban dan membuat kualitas hidup berkurang. Ketika kita tak bisa mengontrol keluarnya urine, dampak psikologis dan sosialnya cukup besar. Rasa nyeri, malu, depresi, dan rasa cemas akan selalu mengikuti. “Fisik, pekerjaan, psikologis, seksual, dan waktu tidurnya jadi terganggu,” ujar Arry.

Menurut dr Nur Rasyid SpU, inkontinensia ini bermacam-macam jenisnya. “Ada jenis stres, urge, dan overflow,” ujarnya. Stress incontinence adalah keluarnya air seni saat orang yang bersangkutan melakukan aktivitas fisik. “Misalnya, saat kita batuk, bersin, tertawa, ataupun saat olahraga,” ujarnya. Menurut Arry, saat penderita inkontinensia berhenti melakukan aktivitas, urinenya juga akan berhenti keluar. “Hal ini karena urethra turun ke bawah dan tidak menutup sempurna,” ujarnya. Lemahnya otot-otot dasar panggul yang menyebabkannya.

Jenis urge atau mendesak, yaitu keluarnya urine yang disertai gejala harus tergesa-gesa ke kamar mandi. “Juga sering kencing di siang dan malam hari,” ujar Nur Rasyid. Over flow adalah keluarnya urine tanpa dikehendaki karena pembesaran prostat atau lemahnya otot-otot kandung kemih.

Bisa menyerang pria

Data menunjukkan, sebagian besar penderita inkontinensia adalah wanita. “Memang wanita lebih banyak, tapi laki-laki juga tidak sedikit yang kena,” ujar dr Chaidir Arif Mochtar PhD SpU. Menurut dr Harrina E Rahardjo SpU PhD, penderita wanita dua kali lebih banyak daripada pria.

Faktor penyebabnya ada banyak, antara lain adalah rusaknya sistem neurologis. “Misalnya, karena stroke atau Parkinson,” ujarnya. Selain itu, juga karena penuaan, obesitas, melahirkan dengan cara normal, kurangnya hormon estrogen, juga konstipasi. Inkontinensia juga banyak terjadi pada pria. Keluarnya urine tanpa dikehendaki pada pria, menurut dr Chaidir, adalah karena pembesaran prostat jinak dan overactive bladder.

Selain itu, penyakit-penyakit neurologis dan trauma operasi prostat dan di daerah rongga panggul, juga bisa menyebabkannya. “Gangguan nyeri, hematuri, dan radiasi juga,” ujarnya. Pada penderita penyakit prostat, inkontinensia terjadi karena sumbatan prostat yang telah lama menahun.

Pada bentuknya yang awal, dikenal sebagai post micturition dribble (menetes setelah berkemih). Namun, ketika sudah lebih lanjut lagi, masuk dikategorikan dalam overflow incontinence (inkontinensia luapan). Sedangkan ciri-ciri overactive bladder (OAB) adalah desakan yang kuat untuk berkemih, frekuensinya sering. Penderita sering terbangun di malam hari hanya untuk berkemih.

Gejala ini umumnya berhubungan dengan kelainan pada kandung kemih atau prostat. “Jadi, orang yang mengalami OAB ini bisa mengindikasikan dia kena gangguan prostat,” tuturnya. Kini, penanganan masalah pembesaran prostat jinak lebih mengutamakan terapi medikamentosa. Terapi ini lebih terarah pada masalah di kandung kemihnya, setelah itu bisa menangani masalah pembesaran prostatnya.

Jangan diremehkan

Jika Anda mengalami kelainan keluarnya urine ini, lebih baik segera periksakan ke dokter. Tahap pemeriksaan yang dilewati, pertama adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan cara mencolok dubur. Kemudian, setelah itu dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan cara urinalisis.

“Kita disuruh pipis, nanti urinenya diperiksa, nanti dari sana ketahuan kita ada gangguan prostat atau tidak,” ujar Chaidir menjelaskan. Tahapan yang terakhir adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini berupa USG, uroflowmetri, dan urodinamik. Penanganan terhadap inkontinensia bisa selain lewat bedah, bisa juga lewat terapi obat, dan terapi perilaku. Dalam terapi perilaku ini, intinya adalah kita harus banyak minum. “Harus banyak dan diatur,” ujar Harrina.

Agar tak banyak berkemih saat malam hari, menurutnya, sebaiknya penuhi dulu 80 persen kebutuhan air sebelum pukul 18.00. “Minuman apa yang diminum, juga memengaruhi keluarnya urine,” ujarnya. Minuman yang paling baik, menurut dia, tentu saja air putih. Gangguan seperti inkontinensia ini, menurut dr Nur Rasyid, jangan dianggap remeh. “Harus dicari penyebabnya dan diobati,” ujarnya. c05 ed: nina chairani
.....TERBARU.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...