Selasa, 23 Agustus 2011

SEBUAH KOTAK BERNAMA AKUARIUM

"Tidakkah kau ingin merasakan kebebasan?" tanya Milo kepada Nemo. Kedua ikan itu lalu saling bertatapan. Apa itu kebebasan? Nemo berpikir dan merenungi hidupnya. Seluruh hidupnya dihabiskan di sini, di akuarium kecil ini. Sendirian. Pemiliknya memelihara ikan kecil. Tak ada yang salah dengan hidupnya. Pemiliknya tak pernah terlambat memberi makan. Akuariumnya tak pernah terlambat dibersihkan. Ia adalah raja di akuarium ini. Ia bisa bebas bermain sepanjang hari. Ia bisa bebas melakukan apa pun yang ia mau. Bebas.

Bagaimana mungkin ia menginginkan sesuatu yang tidak ia butuhkan ataukah tidak ia sadari ia butuhkan?

Apakah kau ingin menghabiskan seluruh sisa hidupmu di sini? Seekor ikan seharusnya berenang-renang di laut lepas, bukan di dalam kotak kaca seperti ini!" lanjut Milo.

Milo lalu bercerita kepada Nemo tentang sebuah tempat mahaluas bernama lautan. Airnya berwarna biru berkilauan. Cahaya hangat mentari menerpa. Karang dan tumbuhan laut menari-nari di dalamnya. Dan yang terpenting, ribuan jenis ikan berkelompok-kelompok. Ia tak lagi harus sendiri.

"Lalu apa yang kau lakukan di sini?" Nemo bertanya balik pada Milo.

"Aku ditangkap manusia saat sedang mencari makan. Aku berasal dari lautan. Aku hidup bahagia di sana sampai jaring manusia menangkapku dua bulan lalu. Aku merindukan rumahku. Aku ingin kembali ke laut dan keluar dan kotak kaca ini," jawab Milo, ikan yang baru dua hari masuk ke kotak kacanya.

"Akuarium. Namanya akuarium," sahut Nemo lirih.

Malam itu Nemo tidak bisa tidur. Seperti apa rasanya hidup di lautan, tempat Milo berasal? Seberapa luaskah ia? Ah, betapa berbeda dia dengan Milo. Ia menghabiskan seluruh hidupnya di sini sendirian. Sementara itu, Milo bisa hidup di luar sana bersama jutaan ikan lainnya. Ia tersadar kini bahwa ada sebuah dunia lain di luar sana yang tak pernah ia kenal. Yang berbeda dengan dunianya selama ini.

Malam itu Nemo bermimpi berenang-renang di lautan. Berenang bersama Milo. Bertemu dengan kura-kura, ikan pari, dan cumi-cumi. Bermain bersama di antara terumbu karang dan bintang laut. Bebas melakukan apa pun yang ia mau. Bebas.

Milo baru saja membuka matanya. "Ayo, bawalah aku ke lautan. Aku ingin keluar dari sini." Nemo tiba-tiba telah di hadapannya. "Oke, oke, aku baru saja bangun tidur, tunggu sebentar!"

Sejenak ia berpikir, lalu melanjutkan, "Kau ingin keluar dan sini bersamaku? Baiklah, begini rencananya." Ia menjelaskan rencananya kabur dari akuarium. Rencana dipersiapkan matang oleh keduanya. Hari besar telah menunggu di depan mata, hari kebebasan mereka.

Hari itu akhirnya datang. Hari membersihkan akuarium. Hari yang akan menjadi saksi kebebasan mereka. Tiba-tiba air akuarium itu terguncang. Pemiliknya telah datang dan seperti biasanya membawa akuarium itu ke tempat cuci piring.

"Kau sudah siap?" tanya Milo. Belum sempat ia menjawab, guncangan air terasa semakin kuat. "Kau ingat rencana kita kan?" tanya Milo sekali lagi. Tiba-tiba akuarium dijungkirkan dan sebagian airnya tumpah ke pembuangan.

"Sekarang waktunya!" perintah Milo.

Waktunya melaksanakan rencana, mereka berdua melompat bersama. Mereka masuk pembuangan, lalu menyusuri salurannya sampai laut. Nemo sudah tak sabar lagi, ia meluncur keluar bersama air dan akuarium. Plak! Kurang beruntung. Ia mendarat di samping lubang pembuangan. Milo belum keluar.

Sekuat tenaga ia menggelepar-geleparkan dirinya agar masuk ke dalam lubang itu. Uuuhh... Udara makin menipis. Mulutnya megap-megap. Ia mengerahkan tenaganya untuk satu lompatan terakhir. Dari kejauhan ia melihat tangan pemiliknya hendak meraih tubuhnya.

Lompat! Hap! Plung. Berhasil. Ia berhasil masuk ke dalam lubang air. Kini tinggal menyusuri saluran yang gelap dan lembab ini sampai ke laut seperti rencana Milo. Hei, di mana Milo? Milo tidak ada, mungkin ia tidak sempat melompat.

Tak masalah bagi Nemo. Ia terlalu bahagia mengetahui akan segera sampai di tempat impiannya. Ia menyusuri dan menyusuri pipa demi pipa. Menyusuri dan menyusuri berhari-hari. Hingga ia letih dan tidak tahu apa-apa lagi. Sampai ia melihat secercah cahaya terang di ujung sana. Matahari! Ia telah sampai di lautan.

Ia mengalir keluar dan pipa terakhirnya menuju perairan luas. "Inikah yang namanya lautan?" tanyanya. Tak ada air yang mengalir berkilauan, hanya ada limbah keruh kecokelatan. Tak ada terumbu karang dan bintang laut di bawahnya, hanya ada kaleng, botol, dan sampah yang dibuang manusia. Kehidupan di lautan ternyata sangat keras. Ikan-ikan harus bersaing mendapatkan makanan. Makanan yang susah untuk didapatkan.

Belum lagi bahaya yang harus dihadapinya dan para pemangsa. Atau, pukat harimau, jala, dan ranjau. Tiba-tiba ia teringat Milo dan segala bualannya tentang lautan. Ia sadar bahwa sesungguhnya ia telah dijebak. Hari itu Milo sengaja membuatnya melompat keluar dari akuariumnya. Betapa kini ia merindukan akuarium kecilnya.

Pemiliknya yang tak pernah telat memberi makan. Akuariumnya yang tak pernah terlambat dibersihkan. Namun, semuanya sudah terlambat. Mungkin itulah kenapa Milo, ikan yang menghabiskan waktunya di lautan, menginginkan akuariumnya. Milo kini adalah raja di akuariumnya. Mungkin Milo kini sedang bermain sepanjang hari. Bebas melakukan apa yang ia inginkan. Bebas.
.....TERBARU.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...